Ada Apa dengan Para Wakil Rakyat Kita?

Kabar tentang para pembawa aspirasi rakyat membuat kita tercengang baru-baru ini. Ya, dua anggota dewan yaitu Gayus Lumbun dan Ruhut Sitompul bersitegang dalam rapat Panitia Khusus (Pansus) untuk kasus Bank Century. Sebuah adu mulut yang tak pantas dilontarkan oleh para elite politik, tak ada yang mengalah dari dua dewan dari partai yang selama ini kerap berseteru yaitu Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan Partai Demokrat.
Disaksikan oleh jutaan rakyat Indonesia dari layar televisi tidak membuat para dewan menghentikan “ocehan” mereka. Dari umpatan “suara setan” dari Gayus hingga berbalas “bangsat” dari si Poltak dari Medan itu. Walau kasus ini sedang diproses oleh Badan Kehormatan DPR tapi kasus ini membuat berdecak kagum pada kita semua, ternyata inilah pendidikan politik para elite untuk rakyat yaitu bertengkar dan berumpat kasar. Inikah gambaran nyata para pemangku kekuasaan negeri ini?
Ada cerita lain lagi dari para wakil rakyat ini yaitu cerita lucu di para dewan yang duduk di DPRD kota dimana saya tinggal. Seorang anggota dewan yang juga seorang kyai desa dengan polos bercerita kepada masyarakatnya jika dirinya yang baru saja terpilih dan belum seharipun bekerja sudah mendapat hantaran amplop berisi uang 60 juta. Luar biasa, ternyata negeri ini kaya uang ketika banyak rakyat kelaparan, tidur di pinggiran sungai dan emperan. Darimana uang itu? itulah pertanyaan yang terbesit dalam benak hati. Pantas saja jika kursi dewan diperebutkan oleh banyak orang di negeri ini ya?
Itulah sedikit gambaran dari para wakil kita, berperilaku tak pantas dan juga berkecimpung rupiah. Inilah para penyampai aspirasi kita, yang kita tak pernah tahu apa sebenarnya yang sedang mereka perjuangkan untuk rakyat. Para dewan hanya pintar mengampanyekan ketika pencalonannya tapi tak jarang banyak anggota dewan yang nihil dalam merealisasikan visi misinya ketika terpilihnya di kursi empuk DPR.
Sebenarnya siapa yang salah? Rakyat yang memilih atau mereka yang yang terpilih ketika yang terjadi seperti ini? Apakah mungkin selama ini kita memilih para wakil kita bak membeli kucing dalam karung? Karena yang terpilih sekarang banyak dewan yang tak pantas menjadi pengemban kepercayaan rakyat. Semoga ke depan kita menjadi lebih pintar dan bijak dalam memilih siapa wakil kita yang benar-benar menyuarakan suara rakyat. Semoga.

Komentar

  1. iyaa kelakuan wakil rakyat kita ada-ada ajaa...
    semoga aja bisa langsung evaluasi diri...
    apanya yang diributkan to ya...uda tempat ngantornya enak berAC, kursinya empuk, naek mobil pula...kok ya masih ribut....rakyat miskin yang cari makan aja susuh juga gak ribut-ribut amat...

    BalasHapus
  2. Nosy, maaf kalo komentarku rada sarkastik...
    Tapi kalo para wakil rakyat tu orangnya 'beres', aku malah heran. Hahahahahaha...
    Maklumin aja. Mereka udah dibutakan sama keinginan buat berkuasa, udah ga punya sopan santun lagi gara-gara diburu nafsu.
    That's why I didn't vote...
    Salam gaul.

    BalasHapus
  3. yah begini kalo semua semuanya jadi pengen menang sendiri..dari mulai adu ego..mungkin bagi mereka adu mulut adu argumen dengan serius begitu menjadi nilai bahwa dia bekerja sungguh sungguh...??
    hhahhahhaaa...
    terkadang saya pikir pun banyak manusia sekarang begitu..tidak mau meredam emosi sejenak untuk saling berdebat saling musyawarah untuk mufakat...saling mengajukan ego sama lain..dan akhirnya emosi yang berkuasa...
    apa lupa ya sama pelajaran PPKn waktu SD??
    jangan jangan pancasila pun juga gak hafal???
    -gbL-

    BalasHapus
  4. Saya pernah menuLiskan artikeL tentang tema yang sama dan di muat di kompas,, tentang ini juga.. kita sepemikiran NoNa.. salam kenaL.. Dewi-Solo

    BalasHapus
  5. yang namanya uang dan kekuasaan bisa merubah sikap seseorang...makanya berhati-hatilah dengan keduanya^^
    wahai para wakil rakyat sadarlah, kau ada untuk melayani kami agar sejahtera hidup masyarakat ini...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Karena Aku Seorang Wanita, Calon Isti dari Suami dan Calon ibu bagi Anak-Anakku

Married is not a race